Sandiaga Uno: Paket Kebijakan Ekonomi 16 Membentuk Kepanikan Dari Pemerintah
Pojok Pos. Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno menyatakan paket kebijakan ekonomi 16 yang dikeluarkan pemerintah akhir pekan lalu sebagai bentuk kepanikan. Paket kebijakan ini diterbitkan karena ekonomi Indonesia sedang dalam kondisi buruk.
Menurut dia, kondisi ekonomi yang buruk ditandai dari lemahnya ekspor industri dalam negeri. Apalagi, investasi Indonesia sedang tidak baik. “Target pertumbuhan ekonomi 7 persen, faktanya baru sekitar 5 persen. Akhirnya direvisi,” kata Sandiaga di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (21/11). “Karena di bawah target, kami tahu kondisi ekonomi tidak dalam keadaan baik.”
Diterbitkannya paket kebijakan ekonomi 16, dia melanjutkan, justru membuat bingung banyak pihak. Sebab, formula baru itu banyak menghasilkan simpang-siur. Hal itu lantaran pemerintah sempat menyebutkan bahwa terdapat pembukaan 54 bidang usaha untuk investasi asing melalui relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI).
Namun, setelah mendapatkan banyak kritik, pemerintah lantas menyebutkan bahwa hanya 25 bidang usaha yang benar-benar dibuka untuk asing. “Ini menimbulkan ketidakpastian. Begitu rilis direvisi dan lainnya wait and see,” ujar Sandiaga.
Pemerintah, di melanjutkan, harusnya memastikan dahulu paket kebijakan ekonomi tersebut sedari awal. Sehingga, antarkementerian tak berbeda pendapat satu dengan yang lain. Pemerintah pun semestinya mendengar aspirasi dari berbagai bidang usaha di Indonesia, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Apalagi, UMKM memiliki kontribusi 60 persen terhadap ekonomi Indonesia. Sebanyak 97 persen lapangan kerja di Indonesia pun tercipta oleh UMKM. Selain itu, UMKM menjadi solusi mengatasi ketimpangan ekonomi.
Menurut Sandiaga, hal ini perlu dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi Indonesia dengan tepat. “Namanya mau buat resep obat mengatasi demam, ya, harus dibuat diagnosa yang pas,” kata dia.
Dari kubu yang sama, mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier menilai paket kebijakan ekonomi XVI tidak tepat lantaran berusaha memperbaiki ekonomi melalui peningkatan investasi. Padahal, masalah ekonomi saat ini muncul akibat menurunnya daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat.
Sementara itu, industri sedang mengalami kelebihan produksi. Fuad memaparkan, pertumbuhan produksi di kuartal dua 2018 sebesar 5,27 persen. Adapun pertumbuhan konsumsi baru mencapai 3,9 persen. “Ada stok tidak terserap pasar, jumlahnya sangat serius,” kata anggota Dewan Pembina Partai Gerindra ini.
Dia menilai paket kebijakan ekonomi yang diterbitkan pemerintah ini bakal sia-sia. Sebab, kebijakan tersebut dinilai tak akan mampu mendorong kondisi ekonomi Indonesia akan semakin baik.
Karenanya, Prabowo Subianto-Sandiaga menawarkan program yang diklaim lebih tepat mengatasi persoalan ekonomi Indonesia, khususnya terkait defisit transaksi berjalan. Program tersebut adalah dengan meningkatkan ekspor industri padat karya dan sumber produksi nasional.
Kandidat oposisi dalam Pilpres 2019 ini juga menawarkan program pembukaan lapangan kerja, terutama melalui UMKM dan wirausaha. Lebih lanjut, mereka bakal membatasi impor yang dianggap terlalu boros saat ini.
Hal lain adalah dengan melakukan penghematan terhadap hal-hal yang dianggap terlalu seremonial. “Hal itu memberi pesan bahwa pemerintah serius melakukan penghematan,” kata Sandiaga.
Menurut dia, kondisi ekonomi yang buruk ditandai dari lemahnya ekspor industri dalam negeri. Apalagi, investasi Indonesia sedang tidak baik. “Target pertumbuhan ekonomi 7 persen, faktanya baru sekitar 5 persen. Akhirnya direvisi,” kata Sandiaga di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (21/11). “Karena di bawah target, kami tahu kondisi ekonomi tidak dalam keadaan baik.”
Diterbitkannya paket kebijakan ekonomi 16, dia melanjutkan, justru membuat bingung banyak pihak. Sebab, formula baru itu banyak menghasilkan simpang-siur. Hal itu lantaran pemerintah sempat menyebutkan bahwa terdapat pembukaan 54 bidang usaha untuk investasi asing melalui relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI).
Namun, setelah mendapatkan banyak kritik, pemerintah lantas menyebutkan bahwa hanya 25 bidang usaha yang benar-benar dibuka untuk asing. “Ini menimbulkan ketidakpastian. Begitu rilis direvisi dan lainnya wait and see,” ujar Sandiaga.
Pemerintah, di melanjutkan, harusnya memastikan dahulu paket kebijakan ekonomi tersebut sedari awal. Sehingga, antarkementerian tak berbeda pendapat satu dengan yang lain. Pemerintah pun semestinya mendengar aspirasi dari berbagai bidang usaha di Indonesia, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Apalagi, UMKM memiliki kontribusi 60 persen terhadap ekonomi Indonesia. Sebanyak 97 persen lapangan kerja di Indonesia pun tercipta oleh UMKM. Selain itu, UMKM menjadi solusi mengatasi ketimpangan ekonomi.
Menurut Sandiaga, hal ini perlu dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi Indonesia dengan tepat. “Namanya mau buat resep obat mengatasi demam, ya, harus dibuat diagnosa yang pas,” kata dia.
Dari kubu yang sama, mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier menilai paket kebijakan ekonomi XVI tidak tepat lantaran berusaha memperbaiki ekonomi melalui peningkatan investasi. Padahal, masalah ekonomi saat ini muncul akibat menurunnya daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat.
Sementara itu, industri sedang mengalami kelebihan produksi. Fuad memaparkan, pertumbuhan produksi di kuartal dua 2018 sebesar 5,27 persen. Adapun pertumbuhan konsumsi baru mencapai 3,9 persen. “Ada stok tidak terserap pasar, jumlahnya sangat serius,” kata anggota Dewan Pembina Partai Gerindra ini.
Dia menilai paket kebijakan ekonomi yang diterbitkan pemerintah ini bakal sia-sia. Sebab, kebijakan tersebut dinilai tak akan mampu mendorong kondisi ekonomi Indonesia akan semakin baik.
Karenanya, Prabowo Subianto-Sandiaga menawarkan program yang diklaim lebih tepat mengatasi persoalan ekonomi Indonesia, khususnya terkait defisit transaksi berjalan. Program tersebut adalah dengan meningkatkan ekspor industri padat karya dan sumber produksi nasional.
Kandidat oposisi dalam Pilpres 2019 ini juga menawarkan program pembukaan lapangan kerja, terutama melalui UMKM dan wirausaha. Lebih lanjut, mereka bakal membatasi impor yang dianggap terlalu boros saat ini.
Hal lain adalah dengan melakukan penghematan terhadap hal-hal yang dianggap terlalu seremonial. “Hal itu memberi pesan bahwa pemerintah serius melakukan penghematan,” kata Sandiaga.
Komentar
Posting Komentar